Selamat Datang..!!

Perpustaakaan ini sedang dalam Pembangunan. Di perpustakaan On-line milik One-Media ini, rencananya kami akan memiliki Ratusan Koleksi Bacaan yang bisa anda baca secara gratis. Lumayan Untuk menambah wawasan.



Mohon do,a Restunya



Minggu, 14 Februari 2010

Budaya Indonesia


Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

Sejarah Agama Islam


Pendahuluan
Islam muncul di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad s.a.w.mendapat wahyu dari Allah s.w.t. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang sampai Samudra Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur. Lama-kelamaan umat Islam terpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul.
Namun demikian, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah,kerajaan Abbasiyyah, kerajaan Seljuk/Turki Seljuk,Kekhalifahan Ottoman,Kemaharajaan Mughal,India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang kuat dan besar di dunia. Tempat belajar ilmu yang hebat telah mewujudkan satu Tamadun Islam yang agung.Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam.
Pada abad ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman yaitu kekaisaran Islam terakhir tumbang menyembah bumi.
Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh [[jalur sutera. Kebanyakkan orang Bangsa Arab/Arab merupakan penyembah berhala dan ada sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi.Mekah ialah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana di situ terdapatnya berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali Kaabah.
Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah (570 atau 571 masihi). Ia merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia. Ia dibesarkan oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Baginda kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia.
Namun demikian, ketika Nabi Muhammad s.a.w. berusia lebih kurang 40 tahun, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril a.s. Sesudah beberapa waktu beliau mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya yang dikenal sebagai "as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)"dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masehi, baginda dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah dimulainya kalender Hijrah.
Mekah dan Madinah kemudiannya berperang. Nabi Muhammad s.a.w. memenangi banyak pertempuran walaupun ada di antaranya tentera Islam yang tewas. Lama kelamaan orang-orang Islam menjadi kuat dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w., seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan orang Islam.
Islam di Indonesia
Islam telah dikenal ke Nusantara atau Indonesia pada abad pertama Hijaiyah/7 Masehi, meskipun dalam frekuensi yang tidak terlalu besar melalui perdagangan dengan para pedagang muslim yang berlayar ke kawasan ini singgah untuk beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di Semenan¬jung Melayu dan Nusantara, berlangsung beberapa abad kemudian. Bukti peninggalan pertama arkeologi Islam di Asia Tenggara adalah dua makam muslim yang berangka tahun sekitar akhir abad 16 (enam belas)

Pengertian Agribisnis


Agribisnis (secara salah-kaprah disebut agrobisnis di Indonesia) adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi kegiatan dalam bidang pertanian. Agribisnis mmempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Secara luas, agribisnis berarti "bisnis berbasis sumber daya alam".
Objek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Kegiatan budidaya termasuk dalam bagian hulu agribisnis. Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Dalam arti luas agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja. Seiring perkembangan teknologi, pemanfaatan produk pertanian berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi.

Masjid Merah Panjunan, Masjid dari Lima Abad Silam


Dilihat dari luar, Masjid Merah Panjunan sangat menarik perhatian, terutama bagi orang yang baru pertama kali datang ke Cirebon, Jawa Barat. Warna merah bata mendominasi keseluruhan bangunan yang didirikan pada tahun 1480 ini.

Masjid Merah Panjunan terletak di Kampung Panjunan, kampung pembuat jun atau keramik porselen. Bangunan ini didirikan oleh Pangeran Panjunan yang adalah murid Sunan Gunung Jati, salah satu dari Wali Songo (Sembilan Wali), penyebar Islam di Jawa.

Dalam sebuah catatan sejarah yang mengacu pada Babad Tjerbon, nama asli Pangeran Panjunan adalah Maulana Abdul Rahman. Dia memimpin sekelompok imigran Arab dari Baghdad. Sang pangeran dan keluarganya mencari nafkah dari membuat keramik. Sampai sekarang, anak keturunannya masih memelihara tradisi kerajinan keramik itu, meski kini lebih untuk tujuan spiritual ketimbang komersial.

Catatan tersebut juga menyatakan, selain untuk tempat beribadah, masjid ini juga dipakai Wali Songo untuk berkoordinasi dalam menyiarkan agama Islam di daerah Cirebon dan sekitarnya. Masjid yang konon dibikin hanya dalam waktu semalam ini lebih mirip surau karena ukurannya kecil. Kemeriahan memuncak pada Ramadhan, ketika orang, baik dari dalam maupun luar kota, berburu takjil, hidangan buka puasa, berupa gahwa alias kopi jahe khas Arab.

Akan banyak orang bertanya-tanya mengapa di masjid ini juga penuh dengan ornamen bernuansa Tionghoa. Misalnya, piring-piring porselen asli Tiongkok yang menghias penghias dinding. Ada sebuah legenda bahwa keramik Tiongkok itu merupakan bagian dari hadiah kaisar China ketika Sunan Gunung Jati menikahi putri sang kaisar yang bernama Tan Hong Tien Nio. Adanya hubungan dengan Tiongkok sejak zaman Wali Songo itu juga ditunjukkan dengan keberadaan Vihara Dewi Welas Asih, sebuah wihara kuno dengan dominasi warna merah yang berdiri tak jauh dari masjid.

Perpaduan Arab dan Tiongkok ini tak lain terjadi karena Cirebon, yang pernah bernama Caruban pada masa silam, adalah kota pelabuhan. Lantaran lokasi masjid itu di kawasan perdagangan, sungguh tak aneh jika Masjid Merah—semula mushala Al-Athyah— tumbuh dengan berbagai pengaruh, seperti juga semua keraton yang ada di Cirebon.

Bangunan lama mushala itu berukuran 40 meter persegi saja, kemudian dibangun menjadi berukuran 150 meter persegi karena menjadi masjid. Pada tahun 1949, Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati) membangun pagar Kutaosod dari bata merah setebal 40 cm dengan tinggi 1,5 m untuk mengelilingi kawasan masjid.

Keunikan lain dari struktur bangunan adalah bagian atap yang menggunakan genteng tanah warna hitam dan hingga kini masih dijaga keasliannya. Namun sayangnya, beberapa keramik yang ada di tembok pagar ada yang sudah dicukil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, terutama yang ada pada bagian pagar temboknya.

Pada salah satu sisi masjid terdapat sebuah makam yang diberi pagar, tetapi tidak jelas makam siapa. Menurut pengurus masjid, Nasruddin (35), ada dua versi, versi pertama ada yang mengatakan seorang yang cukup disegani di daerah Pajunan, sementara versi lain mengatakan, yang dikuburkan di tempat itu adalah benda-benda yang pernah dipakai untuk membangun masjid. "Kami sendiri tidak pernah membongkar makam tersebut. Pendiri masjid ini tidak dimakamkan di sini," ungkapnya.

Di sini bisa kita temui sumur sedalam setidaknya tiga setengah meter yang menjadi sumber mata air untuk keperluan masjid dan masyarakat di sekitarnya.

Akulturasi budaya

Dalam berbagai tulisan sejarah, dijelaskan bahwa proses akulturasi di Indonesia sudah terjadi semenjak masa pra-Islam, yaitu Buddha dan Hindu. Agama Hindu datang ke Indonesia dibawa oleh bangsa India. Setelah itu, datanglah agama Islam. Agama-agama tersebut kemudian bertemu dan mengadakan kontak secara terus-menerus. Akhirnya, terjadilah akulturasi di antara ketiga agama tersebut.

Wujud akulturasi tersebut dapat dilihat dari unsur budaya yang ada pada arsitektur Masjid Merah Panjunan. Unsur budaya Islam terlihat dari fisik dan fungsi masjid, terlihat pada mimbar, mihrab, tempat wudhu, dan beberapa ragam hias kaligrafi yang terlihat di tiang dan blandar.

Unsur budaya Jawa terlihat pada arsitektur masjid ini, yaitu dengan adanya tajug dan limasan. Sementara itu, pengaruh dari China adalah penggunaan beberapa keramik produksi Tiongkok untuk hiasan tempel, dan penggunaan bahan sirap seperti pada bangunan khas China.

Makna-makna filosofis dan simbol-simbol di Masjid Merah Panjunan merupakan pengaruh Hindu. Tentu saja kemudian makna filosofis dan simbol itu disesuaikan dengan ajaran Islam. (WARTA KOTA – Dian Anditya Mutiara)

LAUT


Laut adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra.
Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni.

Sejarah
Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100°C) karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam Bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu juga bertipe mamut atau tinggi/besar sekali tingginya karena jarak Bulan yang begitu dekat dengan Bumi.

Awal mula
Menurut para ahli, awal mula laut terdiri dari berbagai versi; salah satu versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di Bumi hingga terbentuklah lautan.
Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin.
Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi.
Kehidupan di Bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian teori ini masih merupakan perdebatan hingga saat ini.
Pada hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. Hal ini mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut. Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan.

Jumat, 12 Februari 2010

Sup Hisit Yang Menyiksa Hiu


- Sirip Hiu di potong Hidup hidup -
Sup hisit tumbuh bersama sejarah panjang bangsa China. Muncul tahun 960 pada masa dinasti Sung dan makin membudaya pada dinasti Ming tahun 1368. Sejak itulah, sup hisit menjadi santapan pada upacara pengantin, ulang tahun perkawinan, pesta perusahaan, dan tentu saja perayaan Imlek.
Sean Yap dalam The Man Eating Shark (2008) menulis, sup hisit adalah lambang kesejahteraan, cara untuk menunjukkan mian zi atau wajah. Hal ini karena dalam tradisi China pihak pengantin laki-lakilah yang membiayai pesta perkawinan. Tanpa sup hisit, keluarga pengantin pria berarti tidak memberikan ”wajah” (penghargaan) pada keluarga pengantin perempuan dan para undangan.
Orang China juga punya perumpamaan ”Nian nian you yu”, artinya kemakmuran sepanjang tahun. Yu, yang artinya berlimpah, dibaca dengan nada sama dengan yu yang berarti ikan. Maka, seperti ditulis MA Shumin dalam Shark Fin Soup: A Cultural & Environmental Conflict (2008), ikan selalu dihidangkan dalam perayaan tahun baru agar datang kemakmuran.
Ketika jumlah dan kesejahteraan manusia belum meningkat, kebutuhan akan sirip hiu tentu tidak berdampak besar terhadap populasi hiu di samudra. Namun, dengan peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pencitraan produk yang luar biasa sepanjang 15 tahun terakhir, keberadaan hiu terancam karena permintaan terus meningkat.
Menurut organisasi lingkungan WildAid, pertumbuhan perdagangan sirip hiu mencapai 5 persen per tahun di Hongkong, tempat perdagangan 50 persen sirip hiu dunia. Meskipun harganya bisa mencapai 700 dollar Amerika Serikat (Rp 6,3 juta) per kilogram di Hongkong, sup hisit selalu ada dalam menu restoran-restoran China besar di seluruh dunia. Yang menyantap bukan hanya orang China, melainkan dari berbagai bangsa.
Survei yang dilakukan WildAid dan The Chinese Wildlife Conservation Association tahun 2006 di China menunjukkan, 35 persen dari responden mengonsumsi sup hisit tahun sebelumnya. Namun, hanya sedikit yang tahu bagaimana cara sirip hiu itu sampai ke mangkuk mereka.
Cara yang kejam
Dalam film dokumenter tayangan National Geographic Channel, praktik pengambilan sirip hiu sungguh mengerikan. Hiu yang tertangkap langsung dipotong hidup-hidup seluruh siripnya lalu dibuang kembali ke samudra. Hiu yang tidak bisa lagi berenang tenggelam ke dasar, kehabisan darah dan mati perlahan-lahan.
”Cara itu tidak hanya kejam, tetapi juga pemborosan. Bayangkan, 95 persen badan hiu itu dibuang,” kata Peter Knights, Direktur Eksekutif WildAid, seperti dikutip ABC News.
Daging hiu memang tidak seenak ikan tuna, marlin, atau salmon. Karena harganya murah, nelayan malas menyimpan karkas hiu yang besar, sementara sirip yang mahal hanya membutuhkan tempat sedikit. Sirip juga mudah dikeringkan dan disimpan berbulan-bulan.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan, lebih dari 100 juta hiu ditangkap setiap tahun dan 38 juta di antaranya mati karena diambil siripnya. Bangkainya berserakan di kawasan penangkapan hiu, seperti perairan Kepulauan Galapagos, Kosta Rika, Ekuador, dan Meksiko.
Gara-gara itu pula populasi hiu menurun sedikitnya 80 persen selama 50 tahun terakhir. Tanpa intervensi, beberapa spesies akan punah dekade mendatang. Padahal, hiu adalah salah satu spesies purba yang mampu bertahan hingga sekarang. Salah satu fosil hiu tertua yang ditemukan usianya di atas 400 juta tahun.
Total ada 490 spesies hiu di berbagai perairan dunia dengan ukuran beragam. Yang terkecil panjangnya hanya 15 cm dan yang terbesar mencapai 14 meter.
Meskipun beberapa jenis hiu bisa hidup lebih dari 100 tahun, perkembangbiakannya lambat. Hal ini karena sebagian besar hiu ovovivipar, yaitu telur dibuahi, berkembang, dan menetas dalam tubuh induknya. Usia subur yang rata-rata 25 tahun, masa kehamilan panjang—ada yang mencapai 24 bulan—dan sedikitnya anak-anak yang mampu bertahan membuat populasi hiu jadi tak banyak.
Hiu berperan sebagai predator utama dalam rantai makanan samudra. Bila mereka punah, ikan-ikan kecil dan menengah akan berbiak tanpa kendali sementara sumber makanan terbatas. Pada suatu titik, perebutan makanan akan mengguncang keseimbangan dan matilah ikan kecil dan menengah yang dikonsumsi manusia.
Di luar peran pentingnya dalam rantai makanan, orang sering tidak paham tentang kehidupan hiu, sejarah, perilaku, dan kejamnya cara penangkapan. Mitos-mitos yang salah tentang hiu gara-gara pemberitaan yang sensasional dan film-film, yang hanya mengekspos sisi predatornya, membuat orang takut dan tak peduli pada kelangsungan hidup sang hiu.
Padahal, setajam apa pun gigi hiu dan secepat apa pun kehebatan mereka berenang (rata-rata kecepatan 8 km/jam dan saat mengejar buruan bisa mencapai 50 km/jam), mereka tetap saja kalah dari predator nomor satu dunia, manusia.
Kemajuan teknologi, seperti sonar pencari ikan, satelit penentu lokasi, kapal penangkap ikan modern, dan kapal pengolah ikan yang beroperasi 24 jam, makin membantu manusia menyapu samudra. Tak ada lagi tempat sembunyi, bahkan bagi hiu yang digambarkan ganas dan suka menyerang.
Lindungi hiu
Untunglah masih ada sebagian manusia yang punya kesadaran akan perlunya kehadiran setiap makhluk hidup demi keseimbangan ekosistem. Merekalah yang, melalui organisasi-organisasi pencinta lingkungan, mengampanyekan berbagai upaya perlindungan hiu: dari menghapus praktik pengambilan sirip, mengatur kuota penangkapan, melindungi spesies yang hampir punah, sampai menghapus menu sup hisit dari setiap perayaan dan restoran.
Upaya itu perlahan-lahan membangun kesadaran meski belum meluas. Di Amerika Serikat, misalnya, Kongres tahun 2000 mengeluarkan Shark Finning Prohibition Act yang berlaku di perairan AS dan Pasifik. Isinya, larangan penangkapan hiu untuk diambil siripnya saja dan tidak memperbolehkan kepemilikan sirip hiu tanpa badannya. Pelarangan serupa, bahkan, sudah berlangsung di Teluk Meksiko dan Karibia, 1993.
Koalisi organisasi lingkungan yang terdiri dari International Fund for Animal Welfare, Human Society International, WildAid, dan Defenders of Wildlife, berhasil memasukkan beberapa spesies hiu ke Appendix I dan II CITES, organisasi internasional yang mengatur perdagangan flora dan fauna. Masuk Appendix I berarti sudah terancam punah dan tidak boleh ditangkap untuk kepentingan komersial. Appendix II berarti ada kuota dan pengawasan ketat.
Namun, peraturan sering dilanggar karena lemahnya pengawasan dan masih tingginya permintaan. Karena itu, advokasi konsumen kini jadi strategi utama perlindungan hiu. Setelah dipapar berbagai informasi, 30 persen masyarakat Thailand yang disurvei WildAid, misalnya, tidak mau lagi makan sup hisit.
Mantan Presiden Taiwan Chen Shui Bian, bahkan, mengumumkan tidak menyuguhkan sup hisit pada pesta perkawinan anak perempuannya.
Organisasi lingkungan juga mengajak superstar basket, China Yao Ming, dan artis Jackie Chan mengampanyekan hidup tanpa sup hisit. Video Yao Ming untuk melindungi hiu diharapkan bisa menyamai efektivitas video Yao Ming yang melompat untuk menepis peluru pemburu gajah yang sangat populer di situs web YouTube.
Demikian pula Disneyland Hongkong, yang sejak diprotes pencinta lingkungan, tidak lagi menyuguhkan sup hisit dalam pesta perkawinan di kawasannya mulai 2005. Sup hisit diganti dengan sup lobster yang ternyata tidak kalah lezat.
Di Indonesia sebenarnya sudah banyak keluarga yang mengganti sirip hiu dalam sup hisit dengan daging kepiting. Ikan yang wajib ada pun sudah lama direpresentasikan dengan bandeng yang jauh lebih murah dan sudah dibudidayakan.
Karena itu, pendapat Confusius tentang makan mungkin sudah saatnya diganti dengan pendapat Socrates, ”Orang yang tidak berharga hidup hanya untuk makan dan minum, orang yang berharga hanya makan dan minum untuk hidup.”

Diadaptasi dari Tulisan Agnes Aristiarini
Kompas

Perusahaan Patungan

Perusahaan patunganDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Perusahaan patungan adalah sebuah kesatuan yang dibentuk antara 2 pihak atau lebih untuk menjalankan aktivitas ekonomi bersama. Pihak-pihak itu setuju untuk berkelompok dengan menyumbang keadilan kepemilikan, dan kemudian saham dalam penerimaan, biaya, dan kontrol perusahaan. Perusahaan ini hanya dapat untuk proyek khusus saja, atau hubungan bisnis yang berkelanjutan seperti perusahaan patungan Sony Ericsson. Ini terbalik dengan persekutuan strategi, yang tak melibatkan taruhan keadilan oleh pesertanya, dan susunannya kurang begitu sulit.

Frase ini umumnya merujuk pada tujuan kelompok dan bukan jenis kelompok. Kemudian, perusahaan patungan bisa berupa badan hukum, kemitraan, LLC, atau struktur resmi lainnya, bergantung pada jumlah pertimbangan seperti pertanggungjawaban pajak dan kerugian.

Daftar isi [sembunyikan]
1 Penggunaan
2 Alasan pembentukan
3 Contoh
4 Pranala luar

PenggunaanPerusahaan patungan umum pada industri migas, dan sering merupakan badan hukumantara perusahaan setempat dan asing (sekitar 3/4 internasional). Perusahaan patungan sering nampak sebagai alternatif bisnis yang amat bisa berjalan terus dalam sektor ini, karena perusahaan ini dapat menyempurnakan perlengkapan kecakapan sementara perusahaan ini menawarkan keberadaan geografis pada perusahaan asing. Berbagai studi menunjukkan tingkat kegagalan 30-61%, dan 60% gagal untuk memulai atau berangsur bubar dalam 5 tahun. (Osborn, 2003) Juga diketahui bahwa perusahaan patungan di negeri yang perkembangannya rendah menunjukkan ketakstabilan besar, dan perusahaan patungan yang melibatkan mitra pemerintah memiliki kemungkinan besar untuk gagal (perusahaan swasta nampak lebih terlengkapi untuk mendukung kecakapan penting, jaringan pemasaran, dll).

Beberapa negara, seperti Republik Rakyat Cina dan lebih lanjut India, memerlukan perusahaan asing untuk membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan domestik untuk memasuki pasar. Persyaratan ini sering mendorong transfer teknologi dan kontrol manajer ke mitra dalam negeri.

Sebagian besar perusahaan patungan gagal di Asia karena perbedaan budaya, seperti kasus persekutuan antara Renault, perusahaan mobil asal Perancis, dan Nissan. Perusahaan patungan gagal karena sejumlah alasan, termasuk kurangnya komunikasi dan distribusi tenaga antarmanajemen.

Alasan pembentukan
Alasan internal

1.Membangun kekuatan perusahaan
2.Menyebarkan biaya dan risiko
3.Menambah akses ke sumber daya keuangan
4.Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan
5.Akses ke teknologi dan pelanggan baru
6.Akses ke praktek manajer inovatif
Tujuan persaingan

1.Mempengaruhi evolusi struktural industri
2.Kompetisi sebelum selesai
3.Tanggapan defensif untuk menghapuskan batas-batas industri
4.Penciptaan unit kompetisi yang kuat
5.Kecepatan pasar
6.Menambah ketangkasan
Tujuan strategi

1.Sinergi
2.Transfer teknologi/kecakapan
3.Diversifikasi

Pengantar Hukum Bisnis

Bisnis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

Daftar isi [sembunyikan]
1 Bentuk dasar kepemilikan bisnis
2 Klasifikasi
3 Manajemen
4 External links

[sunting] Bentuk dasar kepemilikan bisnis
Meskipun bentuk kepemilikan bisnis berbeda-beda pada setiap negara, ada beberapa bentuk yang dianggap umum:

Perusahaan perseorangan: Perusahaan perseorangan adalah bisnis yang kepemilikannya dipegang oleh satu orang. Pemilik perusahaan perseorangan memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta perusahaan. Artinya, apabila bisnis mengalami kerugian, pemilik lah yang harus menanggung seluruh kerugian itu.
Persekutuan: Persekutuan adalah bentuk bisnis dimana dua orang atau lebih bekerja sama mengoperasikan perusahaan untuk mendapatkan profit. Sama seperti perusahaan perseorangan, setiap sekutu (anggota persekutuan) memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta perusahaan. Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi persekutuan komanditer dan firma.
Perseroan: Perseroan adalah bisnis yang kepemilikannya dipegang oleh beberapa orang dan diawasi oleh dewan direktur. Setiap pemilik memiliki tanggung jawab yang terbatas atas harta perusahaan.
Koperasi: adalah bisnis yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain adalah anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
[sunting] Klasifikasi

Wall Street, Manhattan is the location of the New York Stock Exchange and is often used as a symbol for the world of business.
Commercial Street, Bangalore. IndiaBisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dan, sebagai akibatnya, bisnis dapat dikelompokkan dengan cara yang berbeda-beda. Satu dari banyak cara yang dapat digunakan adalah dengan mengelompokkan bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan.

Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal dari barang mentah atau komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.
Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan dan psikolog.
Pengecer dan distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau pengecer. lihat pula: Waralaba
Bisnis pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang.
Bisnis finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal.
Bisnis informasi adalah bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari pejualan-kembali properti intelektual (intelellectual property).
Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air, dan biasanya didanai oleh pemerintah.
Bisnis real estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan properti, rumah, dan bangunan.
Bisnis transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.
[sunting] Manajemen
Artikel utama untuk bagian ini adalah: manajemen
Studi yang mempelajari operasi bisnis secara efesien dan efektif disebut dengan manajemen. Cabang utama dari manajemen adalah manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen stratejik, manajemen operasi, manajemen produksi, manajaman teknologi informasi, dan intelejen bisnis.

Dusta Dalam Politik

Barangsiapa tidak menghendaki apa-apa selain mengatakan kebenaran, berdiri di luar pertarungan politis”.

Pernyataan Hannah Arendt dalam Wahrheit und Lüge in der Politik ini sangat dimengerti oleh para politikus di mana pun.

Kejujuran tidak pernah menjadi keutamaan politis. Sebaliknya, dusta selalu saja berlaku sebagai alat yang diizinkan dalam politik. Peristiwa-peristiwa yang tidak enak pada masa lalu, krisis kepemimpinan atau korupsi yang menggerogoti anggaran negara adalah obyek-obyek dusta para pemimpin. Untuk menutupi celah antara pernyataan dan kenyataannya, politikus tidak memberi kebenaran, tetapi pembenaran.

Dusta kuasa

Sejak politik dipikirkan, dusta dalam politik sudah mendapat alasannya. Dalam buku kedua The Republic, Plato membenarkan dusta demi kepentingan umum. Dusta kuasa berfungsi—katakanlah—sebagai obat penangkal bahaya sebagaimana dokter juga tidak mengatakan yang sebenarnya agar semangat hidup pasiennya tetap ada. Demi stabilitas negara, dalam krisis yang mengadang, berdusta kepada rakyat tampaknya lebih bermanfaat daripada mengatakan kebenaran. ”Dusta mulia” atau noble lie—demikian sebutan Plato—lalu diizinkan karena memiliki tujuan ”mulia”.

Lebih daripada tujuan yang tampak altruis itu, dusta dalam politik sesungguhnya berakar pada kegelisahan pemim- pin akan citra kekuasaannya yang memudar. Oleh karena politik terbangun dari opini, dusta memompa kembali citra diri lewat opini. Karena itulah, Machiavelli dalam bab 18 The Prince menobatkan dusta sebagai salah satu virtu, kepiawaian, politis.

Pemimpin tidak harus berbelas kasih, setia pada janji, religius, dan jujur, tetapi ia harus ”tampak memiliki” ciri-ciri itu karena ”setiap orang ada dalam posisi untuk melihat, sedikit saja yang datang menyentuhmu”. Konferensi pers digelar, talk show (obrolan di televisi) dirancang, dan juru bicara dikirim. Semakin kempis citra itu, semakin besar kebutuhan untuk menggelembungkannya lewat media.

Altruisme dusta mulia segera dibantah oleh kenyataan bahwa sebagian besar dusta kuasa itu egoistis, yakni dilakukan demi tujuan kekuasaan itu sendiri. Atribut ”mulia” itu semu. Menurut Arendt, dusta memungkinkan seorang pemimpin ”mengambil keuntungan untuk mengetahui lebih dulu apa yang ingin didengarkan oleh publiknya”. Penjelasan kepada publik dipersiapkan rapi-rapi agar publik percaya, sementara dia tahu bahwa segala kecohan itu hanya demi memenangkan publik agar tetap loyal kepadanya.

Dusta dalam politik tentu saja mencederai fairness. Pertama, publik diremehkan, diinfantilisasi, dan haknya untuk tahu dirampas. Kedua, dengan merancukan keterangan yang seharusnya diketahui publik, si pendusta menikmati posisi free rider: dia meraih keuntungan dari dustanya tanpa risiko untuk dibohongi juga.

Semua pendusta, termasuk yang ada dalam politik, memiliki keinginan seperti pihak yang ia bohongi untuk tidak dibohongi. Dusta dia reservasi bagi dirinya sendiri, dan ia menuntut orang lain untuk jujur. Jika demikian, dusta bukanlah aspirasi terdalam dari si pendusta sendiri. Dia menginginkan kejujuran. Dusta kuasa, sekalipun berdalih ”demi kepentingan umum”, melukai aspirasi semua orang akan kebenaran.

Kuasa dusta

Dalam republik normal para penipu politis tidak sanggup melawan kenyataan. Kenyataan selalu saja lebih besar daripada jejaring dusta yang dirajut bersama kroni-kroninya. Di sini dusta masih dikenali sebagai dusta. Keadaan tentu berbeda dalam sebuah negara dengan ”dusta terorganisasi”, seperti dalam rezim otoriter.

Jika demi menyelamatkan kedudukan mereka, para pemimpin berperilaku seolah-olah memercayai dusta orang yang di atas mereka, distingsi antara kebenaran dan dusta menjadi kabur. Seperti salah cetak yang dihasilkan komputer secara konsisten akan memberi kesan beres, dusta yang direpetisi secara sistematis akan dipersepsi sebagai kebenaran. Sejarah diputarbalikkan, fakta dibengkokkan, testimoni diatur sebelumnya, dan buku-buku kritis dilarang. Dusta kuasa yang lalu merongrong akal sehat publik lambat laun berubah menjadi kuasa dusta.

Politik itu sendiri sudah mendorong dusta. Mengapa? Karena politik adalah bisnis visi dan, seperti dikatakan Arendt, antara visi politis dan kepentingan diri pemimpin di satu pihak dan dusta di lain pihak terdapat hubungan yang erat. Dilambungkan oleh visinya sendiri, pemimpin kerap mengabaikan fakta lapangan yang bertentangan dengan keyakinannya. Bukankah fakta adalah obyek opini, dan opini berasal dari kepentingan yang berbeda-beda?

Jika demikian, opini pemimpin akan menjadi absolut ketika fakta tidak lagi dihargai. Terus mengkhotbahkan visinya, dia akhirnya yakin akan keyakinannya sendiri. Penipuan diri pemimpin ini cepat direpetisi oleh mereka yang menggantungkan nasib kepadanya, mulai dari lingkaran dalamnya, tetapi kemudian juga di luarnya jika media mereproduksi dusta itu. Karena itulah, pemimpin kerap mendaku suksesnya, sementara publik tidak menikmati apa pun dari hal itu.

Hanya dusta?

Jika politik hanya berisi dusta, percaya kepada pemimpin tentu adalah tindakan absurd. Bahwa dusta masih bisa dikenali sebagai dusta menunjukkan bahwa politik juga mengandung fakta. Dalam demokrasi fakta tak mengenakkan ingin dibuka menjadi obyek diskursus publik. Aspirasi terdalam semua orang, termasuk si pendusta, untuk tak dibohongi menjadi alasan untuk menelanjangi dusta kuasa.

Dalam demokrasi pun para politikus memang masih bisa berbohong, tetapi dusta di sini tidak berlaku sebagai sebuah prinsip. Sebaliknya, dalam situasi tersebut kejujuran menjadi sebuah keutamaan politis. Dalam arti ini, meski politik merupakan arena dusta, kejujuran harus masuk ke dalamnya sebagai desakan dalam ruang publik karena tidak ada jalan lain untuk mengubah selain lewat politik.

Pertama, karena memasuki pertarungan politis, desakan untuk jujur itu sendiri berciri politis, juga membawa trik dan taktik. Begitu kejujuran masuk dalam arena politis, ia akan kehilangan spontanitasnya dan mengambil posisi politis yang rentan untuk dipalsukan. Namun, desakan untuk jujur itu sendiri akan merangsang partai-partai yang berlawanan untuk saling menyingkap dusta asal tersedia arena yang fair untuk mereka. Proses ini menguntungkan publik untuk mengakses kebenaran.

Kedua, ruang publik itu sendiri tidak bersih dusta dan manipulasi karena distorsi kuasa ada di dalamnya, tetapi—seperti ditegaskan Habermas—pemeriksaan diskursif atas kebijakan publik akan meningkatkan transparansi karena hanya opini yang menebus klaim kebenaran, ketepatan, dan kejujuranlah yang dapat dipercaya. Publik akan diuntungkan untuk mengakses kebenaran bila pihak-pihak yang bertarung berkompetisi untuk mendesakkan kejujuran. Ketiga, desakan untuk jujur tidak cukup berciri moral; ia harus masuk ke ranah hukum sebagai tuntutan transparansi kepada publik.

Sissela Bok dalam Lying mengatakan bahwa ”semua kebenaran” berada di luar jangkauan, tetapi hal itu tidak berkaitan dengan pilihan kita apakah kita berdusta atau tidak. Pilihan itu sedikit banyak berkaitan dengan keadaan mana yang lebih menguntungkan kita. Jika negara hukum demokratis mampu mendesak para pemimpin untuk jujur sehingga berdusta tidak akan menguntungkan posisi mereka, sekalipun tidak dapat dilenyapkan, dusta dalam politik dapat dibatasi.

Kata ”dibatasi” sengaja dipilih karena rezim yang hendak melenyapkan semua kemungkinan dusta dapat terjebak dalam kebijakan totaliter yang mengintervensi ruang privat dengan sistem pendeteksi bohong. Di dalam ”fanatisme kebenaran” itu kejujuran ada sebagai paksaan. Jadi, biarkan dusta tetap sebagai kemungkinan, maka kejujuran pun mungkin sebagai keutamaan.

F Budi Hardiman Pengajar Filsafat Politik di STF Driyarkara Jakarta

Kamis, 11 Februari 2010

Mati Karena Bosan?

Benarkah Anda bisa mati karena bosan? Menurut komentar para ahli yang dipublikasikan di The International Journal of Epidemiology, semakin Anda bosan semakin cepat pula ajal menjemput. Namun, menurut Annie Britton dan Martin Shipley dari University College London, sebenarnya bukan kebosanan itu yang mengancam nyawa, melainkan kebosanan itu bisa menjadi gejala perilaku yang berbahaya, seperti merokok, minum-minuman beralkohol, konsumsi narkoba, atau mengalami masalah psikologis lain. Para peneliti menganalisis isian kuesioner yang dibuat tahun 1985 dan 1988 dan meneliti lebih dari 7.500 pegawai negeri sipil di London berusia 35-55 tahun. Mereka ditanya apakah merasa bosan pada awal-awal bulan masa kerjanya. Britton dan Shipley lalu menelusuri berapa banyak pegawai yang sudah meninggal pada April 2009.

Dibandingkan pegawai yang mengaku tidak bosan, lebih banyak pegawai yang mengaku bosan yang meninggal, antara lain, karena penyakit jantung. ”Orang yang merasa bosan tidak akan punya nafsu makan, keinginan untuk olahraga, dan bergaya hidup sehat. Ini yang barangkali membuat mereka lebih rentan terkena serangan jantung,” kata Dr Christopher Cannon, pengajar di Harvard University. Jika kebosanan seseorang itu terkait dengan depresi, tidak mengherankan jika mudah terkena serangan jantung. Cannon menambahkan sangat dimungkinkan ketika seseorang mengalami kebosanan luar biasa, hormon- hormon berbahaya akan dilepaskan tubuh yang pada akhirnya mengancam jantung. ”Kebosanan itu terkait juga dengan kemarahan yang ditekan sehingga bisa menaikkan tekanan darah dan menurunkan kekebalan tubuh. Orang yang bosan cenderung sering makan dan minum,” kata dosen senior psikologi di University of Central Lancashire, Sandi Mann. (AP/LUK)

Carut MArut Dunia Pendidikan

JAKARTA, KOMPAS - Kasus kekerasan terhadap anak justru sebagian besar terjadi di lembaga pendidikan, yang selama ini diharapkan bisa memanusiakan anak. Diduga, ada yang tak beres dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Demikian, antara lain, benang merah yang terungkap pada Diskusi Kekerasan terhadap Anak yang digelar Centre for Dialogue and Coorperation among Civilisations (CDCC), Kamis (11/2) di Jakarta. Diskusi itu menghadirkan pembicara utama Sekretaris Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait; anggota DPR, Rieke Diah Pitaloka; Maria Ulfa Anshor dari Fatayat NU; Romo Benny Sesetyo dari Konferensi Waligereja Indonesia; serta Direktur Eksekutif CDCC Abdul Mu’ti.

Arist Merdeka Sirait mengatakan, fakta dan data yang terlaporkan dari masyarakat kepada Komisi Nasional Perlindungan Anak sepanjang tahun 2009 semakin kompleks dan di luar akal sehat manusia.

”Kasus kekerasan terhadap anak, misalnya, sepanjang tahun 2009 Komnas Perlindungan Anak telah menerima pengaduan sebanyak 1.998 kasus. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan pengaduan kekerasan terhadap anak pada 2008, yakni 1.736 kasus,” ujarnya.

Ironisnya, kekerasan terhadap anak terjadi di lingkungan terdekat anak, yakni rumah tangga, sekolah, lembaga pendidikan, dan lingkungan sosial anak. Adapun pelakunya adalah orang yang seyogianya melindungi anak seperti guru atau pelatih.

Abdul Mu’ti mengatakan, dari hasil survei ditemukan, kasus kekerasan terhadap anak sebagian besar terjadi di sekolah dan lingkungan pendidikan lainnya.

”Sangat ironis, kasus kekerasan terhadap anak justru sebagian besar terjadi di lembaga pendidikan, yang selama ini diharapkan bisa memanusiakan manusia,” ujarnya.

Maria Ulfa Anshor mengatakan, anak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia karena pada masa anak-anaklah sesungguhnya karakter dasar seseorang dibentuk, baik yang bersumber dari fungsi otak maupun emosionalnya.

”Berkualitas atau tidaknya seseorang di masa dewasa sangat dipengaruhi oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima di masa kanak-kanaknya,” ujarnya.

Ubah paradigma

Arist Merdeka Sirait mengatakan, demi kepentingan terbaik anak, perlu diambil langkah-langkah segera melalui komitmen negara, masyarakat, dan pemerintah. Komnas Perlindungan Anak mendesak setiap orang untuk segera menghentikan kekerasan terhadap anak serta mengubah paradigma pendisiplinan dengan kekerasan menjadi kasih sayang, komunikatif, dan dialogis.

Maria Ulfah menawarkan solusi melalui pendidikan anak dan pengasuhan anak yang berperspektif jender. ”Dalam melakukan pendidikan dan pengasuhan anak yang berperspektif jender, dimensi lain yang juga sangat penting adalah memerhatikan hak-hak anak sesuai tahap tumbuh kembang anak,” katanya. (NAL)

Senin, 28 Desember 2009

Benarkah Bumi kita hijau ?

Hijau hijau hijau.
Bayangkan anda berada di sebuah pesawat terbang. Lalu anda melihat bumi yang kita pijak berwarna hijau oleh rindang tumbuhan, Biru oleh kejernihan air laut dan cokelat dengan kesuburan tanahnya.
Tapi, benarkah...?